22 Juli 2008

Stok Beras Ciamis tidak Terganggu
Meski 9.614 Ton Produksi Padi Hilang Akibat Kekeringan

CIAMIS, (PR).-
Kekeringan yang melanda Kab. Ciamis telah mengakibatkan hilangnya produksi padi sekitar 9.614,1 ton dengan kerugian mencapai Rp 27,84 miliar. Meskipun demikian, penurunan produksi tersebut tidak sampai memengaruhi stok beras yang telah terpenuhi pada panen sebelumnya.

Kepala Dinas Pertanian, Endang Supardi mengungkapkan hal itu saat panen raya musim tanam kedua di areal persawahan kelompok Tani Budi Karya III Dusun Kedungkendal, Desa Sindangsari, Kec. Banjarsari, Ciamis, Senin (21/7). Hadir dalam panen raya itu, Bupati Ciamis Engkon Komara, Ketua Komisi I DPRD Ciamis Gandjar M. Yusup, Dandim 0613 Letkol Syamsul Bahri, dan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Kab. Ciamis.

Menurut Endang, total luas kekeringan di Ciamis mencapai 10.369 hektare, terdiri atas 1.961 hektare mengalami kekeringan berat dan 1.562 hektare puso. Sedangkan 3.470 hektare mengalami kekeringan dengan kategori ringan dan 3.376 hektare kategori sedang.

Disebutkan, beberapa upaya dilakukan Dinas Pertanian untuk menanggulangi kekeringan. Di antaranya dengan mobilisasi pompa air, pemberdayaan kelompok P3A Mitra Cai, dan melaksanakan gilir giring. Selain upaya tersebut, pemerintah daerah juga memberikan bantuan traktor, alat-alat perbaikan pascapanen padi dan palawija.

Sementara itu, Bupati Ciamis Engkon Komara mengatakan, meskipun kekeringan melanda wilayahnya, hal itu tidak sampai mengganggu pengadaan beras lokal. Dalam arti, Ciamis masih mampu menyediakan kebutuhan dasarnya sendiri.

"Setiap tahun pasti ada kekeringan namun, dengan kerja keras, petani dapat memenuhi beras sendiri. Bahkan, tahun ini kami masih mampu memenuhi target stok beras nasional sebanyak 233.000 ton," katanya.

Hal itu, tutur Bupati Engkon, didukung pula oleh adanya penataan sistem irigasi yang baik, pengaturan pola tanam, maupun penerapan teknologi pertanian tepat guna. "Prestasi seperti ini minimal harus kita pertahankan, bahkan harus semakin ditingkatkan," katanya.

Percepat panen

Sementara itu, untuk mengurangi kerugian yang lebih besar akibat kekeringan, para petani di Kab. Sumedang terpaksa mempercepat waktu panen di sawahnya yang mulai dilanda kekeringan.

"Kami harus mendapatkan bulir padi yang berisi di antara bulir-bulir padi yang hampa. Jadi kami mesti sabar," kata Eman (52) ketika ditemui tengah memanen padi di sawahnya di Blok Parigilama Kelurahan Situ, Kec. Sumedang Utara Kab. Sumedang, Senin (21/7).

Pada musim panen sebelumnya, sawah yang digarapnya mampu menghasilkan 4 ton gabah kering. Namun, pada panen kali ini, menurut Eman, hasil panennya paling banyak hanya 3 kuintal.

Kondisi seperti itu pada umumnya dialami para petani di sentra-sentra produksi padi di Kabupaten Sumedang. Berbagai cara pun dilakukan petani untuk menekan angka kerugian. Di samping ada yang mempercepat waktu panen, tidak sedikit pula yang menjual tanaman padi yang dilanda kekeringan itu kepada peternak.

"Daripada tidak menghasilkan uang sama sekali, lebih baik kami menjual hamparan tanaman padi yang sudah mulai mengering itu untuk dijadikan pakan sapi," kata Endang, salah seorang petani lainnya. (A-101/B.108)***

Sumber : Pikiran Rakyat, Selasa 22 Juli 2008


0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©