25 Juli 2008

Separuh Irigasi di Jabar Rusak
SBY, "Prioritaskan 2008-2009 untuk Ketahanan Pangan"

SUBANG, (PR).-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah telah memutuskan bahwa ketahanan pangan dan keterjangkauan harga pangan menjadi prioritas yang harus dicapai pada tahun 2008 dan 2009. Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah akan terus mengerahkan anggaran subsidi dan program nyata untuk pertanian.

Pernyataan Presiden dikemukakan pada pembukaan Pekan Padi Nasional (PPN) III di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Departemen Pertanian, Sukamandi, Subang, Kamis (24/7).

Sementara itu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meminta dukungan proporsional dari pemerintah terhadap peningkatan produksi beras di Jawa Barat, mengingat daerah ini merupakan lumbung produksi padi nasional. Namun, kenyataan di lapangan, menurut Ahmad Heryawan, sampai saat ini hampir 50% irigasi di Jabar perlu diperbaiki karena rusak ringan, sedang, maupun berat.

"Ini mohon jadi perhatian bersama, termasuk Bapak Presiden yang terhormat," kata Heryawan.

Menurut Heryawan, posisi Jabar sangat penting sebagai pemasok pangan nasional, khususnya beras. Hal itu tercermin dari data produksi Jabar tahun 2007 mencapai lebih dari 10 juta ton gabah giling kering.

"Dengan demikian, Jabar telah memberikan kontribusi terhadap produksi padi nasional, lebih dari 18 persen per tahun," kata Heryawan.

Gubernur memaparkan bahwa Jabar telah menargetkan produksi padi sebesar 10,55 juta ton untuk tahun 2008. Itu artinya, ada kenaikan sebesar 550.000 ton.

"Untuk memenuhi target 2008 itu, diperlukan penyediaan benih sebanyak lebih dari 46 ton dan dukungan infrastruktur yang baik. Namun demikian, saya sampaikan bahwa sampai saat ini kondisi irigasi di Jawa Barat hampir 50% perlu diperbaiki," katanya.

Di balik sejumlah keberhasilan Jabar, kata Heryawan, ternyata jumlah masyarakat yang belum sejahtera masih cukup tinggi dan sebagian besar dari mereka adalah masyarakat petani. Untuk itu, Gubernur mengajak untuk memberi perhatian yang besar terhadap upaya peningkatan kesejahteraan petani pada khususnya, juga pada petani nelayan dan hutan pada umumnya.

Lumbung padi dunia

Pada kesempatan itu, Presiden SBY optimistis, suatu saat Indonesia akan menjadi lumbung padi dunia. "Saya percaya bahwa Indonesia yang kita cintai ini, suatu saat surplus beras, bisa ekspor beras, dan bisa jadi lumbung padi dunia. Syaratnya, kita bekerja keras dan memohon rida Allah SWT," kata Presiden.

Menurut Presiden, agar ketahanan pangan dapat tercapai, tentu produksi pangan harus terus didorong. Pemerintah akan terus mengerahkan anggaran, memberikan subsidi, dan berbagai program nyata untuk meningkatkan produksi pertanian.

"Kita semua berkewajiban, terutama kepala daerah, untuk menyukseskan usaha besar kita ini," ujarnya.

Presiden mengatakan, pemerintah akan terus memberikan subsidi pupuk. Ia menjelaskan, subsidi pupuk tahun 2007 mencapai Rp 8,7 triliun. Angka subsidi pupuk terus meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp 14,6 triliun.

"Tahun 2009, mudah-mudahan disetujui DPR, insya Allah bertambah subsidinya menjadi Rp 20,6 triliun, berarti masih menjadi prioritas," kata Presiden.

Perhatian besar pun, kata Presiden, ditujukan pada pengadaan benih padi. Pada tahun 2007, alokasi anggaran untuk benih mencapai Rp 1 triliun, tahun 2008 menjadi Rp 1,4 triliun.

"Tahun 2009 kita tingkatkan Rp 1,5 triliun. Ini usaha kita. Dan jangan lupa, Departemen Pertanian tahun 2008 kita kucurkan untuk membantu subsidi Rp 33 triliun, dan 2009 kita rencanakan Rp 35 triliun. Tidak sedikit, tetapi saya tahu, (itu) belum sepenuhnya sesuai dengan yang kita tuju," kata Presiden.

Pemerintah serius

Menanggapi sambutan Gubernur Jabar, Presiden Yudhoyono menegaskan, pemerintah sangat serius untuk mewujudkan swasembada pangan. Hal itu ditempuh melalui berbagai cara, termasuk penelitian bibit padi varietas unggul dan perbaikan infrastruktur pertanian.

"Sudah lama memang kita tidak menambah atau memperbaiki infrastruktur pertanian. Kita akan mengalokasikan dana untuk sektor tersebut," tuturnya.

Presiden menjelaskan, setelah mengalami krisis moneter selama 10 tahun, ekonomi jatuh dan penerimaan sedikit, pemerintah memang sudah lama tidak membangun infrastruktur baru.

"Sekarang ini kita mulai membangun, meningkatkan anggaran untuk membangun infrastruktur, termasuk irigasi. Memang harus bertahap, karena yang kita bangun di seluruh Indonesia tidak mungkin sekaligus. Uang kita tidak cukup, harus dibagi dengan pendidikan, kesehatan, dan lain-lain," kata Presiden.

Menurut Presiden, membangun prasarana seluruh Indonesia memerlukan biaya besar. Pada tahun 2005 dianggarkan untuk prasarana mencapai Rp 32,9 triliun. Anggaran itu naik tahun 2006 menjadi Rp 55 triliun, bahkan tahun 2007 naik lagi menjadi Rp 64 triliun.

"Tahun 2008 lebih naik lagi menjadi Rp 89 triliun. Tahun 2009, mudah-mudahan disetujui DPR, kita akan tingkatkan menjadi Rp 99 triliun, hampir Rp 100 triliun. Untuk apa? Ya untuk membangun, agar lebih meningkat produksi padi kita," katanya.

Acara pembukaan PPN III dihadiri ribuan petani dan peneliti pertanian. Presiden didampingi Ibu Negara Ny. Ani Yudhoyono, Mentan Anton Apriyantono, Seskab Sudi Silalahi, Meneg BUMN Sofyan Djalil, dan Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng.

Sementara itu, Gubernur Jabar didampingi seluruh unsur muspida Jabar, serta para bupati dan wali kota se-Jabar.

Pada kesempatan itu, Presiden menyerahkan benih padi varietas unggul baru, Inpari (Inbrida Padi Irigasi) dan Inpara (Inbrida Padi Rawa) kepada sembilan bupati, yakni Bupati Subang, Bupati Soppeng, Bupati Musi Banyuasin, Bupati Indramayu, Bupati Banjarnegara, Bupati Bantul, Bupati Pacitan, Bupati Sukoharjo, dan Bupati Karawang. (A-81/A-106/A-130)***

Sumber : Pikiran Rakyat, Jum'at 25 Juli 2008


0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©