11 Juli 2008

Muncang, Agrobisnis Baru

BANDUNG, (PR).-
Pembudidayaan pohon muncang (kemiri) ditawarkan sebagai produk agrobisnis baru pada kawasan kebun dan hutan di Jabar. Terutama untuk kepentingan pasokan komoditas bumbu masak, konservasi lingkungan, dan sumber bahan bakar alternatif solar. Pembudidayaan pohon muncang masih terbatas di Jabar, namun komoditas ini tergolong laku di pasaran sebagai bumbu masak.

Kepala Dinas Perkebunan Jabar, H. Herdiwan, didampingi Kasi Pemasaran Produk Primer, Iyus Supriatna, di Bandung, Kamis (10/7) mengatakan, ada dua jenis tanaman muncang yang dapat dibisniskan masyarakat, yaitu sunan dan nyamplung. Komoditas muncang diketahui masih belum diusahakan secara serius di Jabar walaupun pemasaran buahnya diketahui menjadi salah satu kebutuhan pokok memasak.

"Kami tengah mengusahakan agar muncang dapat menjadi komoditas perkebunan sehingga dapat digalakkan pembudidayaannya. Untuk keperluan bahan bakar alternatif, memiliki rendemen minyak lebih besar dari pohon jarak," kata Herdiwan.

Disebutkan, jenis sunan memiliki fungsi ganda sebagai agrobisnis bumbu masak dan sumber bahan bakar alternatif solar. Jika dibisniskan untuk bumbu masak, pasarannya sudah terbuka. Lain halnya untuk sumber bahan bakar alternatif, masih memerlukan dukungan industri pengolahan.

Sementara itu, jenis nyamplung, sejauh ini hanya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bahan bakar alternatif. Dikabarkan untuk jenis nyamplung, sudah dilakukan uji coba untuk bahan bakar pengganti solar untuk kendaraan tempur tank.

Ketua Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jabar, Dodi Kusdinar, membenarkan, selama ini muncang adalah salah satu komoditas bumbu masak yang laris. Namun sejauh ini, keberadaan tanamannya masih sangat sedikit di Jabar, misalnya di Sumedang, Sukabumi, Cianjur, dan Sukabumi, sedangkan pasokan umumnya didatangkan dari Indonesia Timur. (A-81)***

Sumber : Pikiran Rakyat, Jum'at 11 Juli 2008


0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©