21 Juli 2008

Rawan Pangan Membayangi Malangbong

AREAL persawahan yang terdapat di 23 desa di Kec. Malangbong, Kab. Garut, dilanda kekeringan. Tanaman padi yang baru saja berbuah, tak bisa dipanen. "Kita belum mengetahuinya secara pasti. Jika satu desa saja mencapai 6 hektare, berarti lahan persawahan yang terkena kekeringan tersebut seluruhnya sekitar 138 hektare," ujar Camat Malangbong Drs. Nandang S. di Garut, Minggu (20/7).

Akibatnya, ribuan kepala keluarga (KK) sejak sebulan terakhir ini mengalami rawan pangan. "Tanaman padinya saja gagal panen, hal yang wajar jika warga kini diterpa rawan pangan. Namun, belum dikategorikan rawan daya beli. Hal itu harus melalui kajian yang akurat," kata Nandang.

Untuk mengatasi terjadinya rawan pangan tersebut, Senin (20/7) para kepala desa, menurut Nandang, akan melayangkan surat permohonan penambahan beras untuk warga miskin (raskin) ke Bagian Perekonomian dan Dolog Pemkab Garut. "Ya belum ada warga yang memakan ongok. Kalau mengurangi volume makan, yang semula tiga kali menjadi dua atau sekali, pasti ada," ujarnya.

Pernyataan Nandang itu dibenarkan Kepala Desa Mekarasih Ukun Juhana. Menurut dia, Desa Mekarasih merupakan desa yang paling parah dilanda kekeringan. "Warga yang mengalami rawan pangan mencapai 4.500 KK," ungkapnya.

Ukun juga mengaku beruntung, para petani di desanya cukup cerdas dalam menyikapi musim kemarau. "Setiap menjelang musim kemarau, mereka bertanam singkong atau ubi. Pada saat kesulitan membeli beras karena tak cukup uang, singkong dan ubi rebus itulah yang dijadikan makanan camilan atau tambahan," ujar Ukun.

Kepala Dinas Pertanian Hortikultura dan Perkebunan Pemkab Garut Ir. Miftahul Rachmat mengatakan, lahan persawahan yang dilanda kekeringan saat ini jumlahnya terus bertambah. "Terutama lahan pertanian yang terdapat di daerah Garut selatan karena di sana tak seperti Garut tengah dan utara yang cukup tersedia saluran irigasinya," kata Miftahul Rachmat.

Dia juga mengaku sudah berkali-kali dalam pertemuan mengingatkan kepada para petani melalui aparatnya yang bertugas di tingkat kecamatan agar lebih cerdas dalam membaca musim. "Artinya, setiap menjelang musim kemarau para petani jangan nekat untuk menanam padi, melainkan bisa berupa palawija. Pada musim kemarau sekarang ini, kami belum mengetahui secara pasti berapa luas lahan tanaman padi yang gagal panen atau puso," ujarnya. (E-35/A-14)***

Sumber : Pikiran Rakyat, Senin 21 Juli 2008


0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©