10 Juli 2008

Petani Mulai Berebut Jatah Air

KARAWANG, (PR).-
Petani di tiga kecamatan, yakni Kec. Tempuran, Kec. Lemahabang, dan Kec. Cilamaya Kulon Kab. Karawang, mulai berebut jatah air untuk keperluan sawahnya. Namun, rebutan jatah air itu tidak sampai menimbulkan konflik antarkecamatan. Pasalnya, mereka tidak membatasi jatah, meski tidak saling memberitahukan saat mengambil jatahnya.

Menurut ulu-ulu pintu air Kalen Waru Kaji (50), aksi saling rebutan air itu berlangsung sejak sebulan lalu. Saat itu, ungkap Kaji, pengairan untuk sawah di tiga kecamatan tersebut, mulai berkurang.

"Di awal membuka pintu air buangan itu, kades-kadesnya datang meminta izin. Namun, selanjutnya mereka membukanya semau mereka dan saling bergantian," ujarnya kepada "PR", Rabu (9/7), di Desa Pulomulya Kec. Lemahabang Kab. Karawang.

Kaji menambahkan meski pembukaan balok pintu air selanjutnya tanpa pemberitahuan, hal itu tidak menimbulkan konflik antarkades atau camat serta para petani. Menurut Kaji, air itu mengairi sekitar 300-400 hektare sawah di Desa Sumurgede Kec. Cilamaya Kulon, Kampung Pasirkukun Desa Langgensari Kec. Cilamaya Kulon, Desa Jayanegara Kec. Tempuran, dan Desa Pulomulya Kec. Lemahabang.

Jika terjadi kekurangan air, lanjut Kaji, ia sudah diperintahkan untuk mengambil air dari pintu air Kampung Peundeuy Desa Karyamukti Kec. Lemahabang. "Jadi sawah-sawah di desa kami tidak akan mengalami kekurangan air," ucap Kaji.

Sedangkan, Uya (43), penggarap sawah di Desa Pulomulya Kec. Lemahabang, terpaksa menunggui sawah garapannya agar terairi penuh sebelum jatah airnya ditutup oleh petani dari desa lainnya. "Biasanya mereka membuka pintu air saat malam tiba. Lalu, besoknya kami buka saja lagi," katanya.

Sementara itu, dalam acara Sosialisasi Alokasi Dana Desa yang berlangsung di Aula Husni Hamid Pemda Karawang, Rabu (9/7), Bupati Karawang Dadang S. Muchtar mengatakan telah menyiapkan langkah antisipatif kekeringan.

Ia pun mengajak para kades mengefektifkan kembali pola gilir giring dalam musim tanam. "Pemerintah daerah juga telah menyiapkan sejumlah dana yang dapat langsung dikeluarkan untuk menanggulangi bila ternyata benar terjadi kekeringan," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kab. Karawang Didy Sarbini dan Ketua Himpunan Keluarga Tani Indonesia (HKTI) Kab. Karawang Hidayat mengakui penyebab kekeringan karena petani sudah tidak patuh dengan pola gilir giring yang ditetapkan. Dengan demikian, rebutan air pun tidak dapat dihindari. (A-153)***

Sumber : Pikiran Rakyat, Kamis 10 Juli 2008

0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©