22 Juli 2008

Plafon Kredit Bagi Peternak Harus Dinaikkan

TASIKMALAYA, (PR).-
Dinas Peternakan Jabar mengharapkan perbankan dapat menambah plafon kredit bagi para peternak, agar meningkat kemampuan mereka untuk membeli produk-produk bibit ternak. Langkah tersebut sebagai salah satu upaya mendongkrak jumlah populasi ternak, untuk mencapai swasembada daging pada 2010.

Kepala Dinas Peternakan Jabar Rachmat Setiadi, di Tasikmalaya, Senin (21/7), mengatakan, untuk produksi sapi potong saja, plafon kredit yang ditawarkan sejumlah bank kepada peternak, saat ini dinilai sudah tak mencukupi lagi sebagai modal membeli bibit. Kredit yang diperoleh kebanyakan hanya berkisar Rp 15-25 juta, sehingga hanya mencukupi membeli bibit sapi potong antara 3 hingga 8 ekor yang harganya Rp 2 juta hingga Rp 4 juta/ekor.

"Diharapkan, bank-bank mampu menambah plafon kredit sampai di atas Rp 50 juta. Dengan jumlah tersebut, para peternak diharapkan mampu membeli bibit sapi potong sampai rata-rata 10-20 ekor," katanya, saat diskusi agrobisnis peternakan yang diselenggarakan Dinas Peternakan Jabar, di Kec. Manonjaya, Kab. Tasikmalaya.

Disebutkan, penambahan populasi secara memadai diperlukan bagi pengembangan usaha peternakan sapi, khususnya sapi potong. Saat ini para peternak rata-rata hanya memiliki 1-3 ekor sapi, di mana dari segi bisnis dirasakan kurang memadai.

Menurut Rachmat, harapan penambahan plafon kredit bukan kepada usaha peternakan sapi potong saja, tetapi sapi perah, domba, kambing, dan unggas. Soalnya, peternakan merupakan salah satu usaha yang bersifat kerakyatan yang perlu didukung agar lebih berkembang.

Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Tjeppy D Sujana mengatakan, penambahan populasi ternak sapi sangat mendesak. Selama ini ketergantungan atas produk impor, untuk daging sapi mencapai 30% dan susu 70%. Jika penambahan populasi berjalan lamban, pada 2010 ketergantungan daging sapi impor bertambah menjadi 37% dan susu bertambah 50%.

"Khusus untuk produksi daging sapi lokal, Departemen Pertanian sudah menargetkan produksi 414.300 ton setahun pada tahun 2010. Harapannya, jumlah itu dapat dipenuhi 94% dari sapi-sapi yang diternakan secara lokal," katanya.

Sementara itu, untuk membantu kemampuan modal peternak membeli bibit, PT Bank Jabar menyalurkan bantuan modal pertanian melalui kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E). Kredit itu adalah modal kerja yang bersumber dari dana bank yang diberikan untuk mendukung program ketahanan pangan dan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati, dengan fasilitas subsidi bunga dari pemerintah.

Kabag Kredit Program PT Bank Jabar Heru Absoro mengatakan, penyaluran KKP-E secara umum melalui pengajuan dan akad kredit dengan kelompok tani atau koperasi, sedangkan pola kemitraan pengajuan, akad kredit, dan kerja sama dilakukan bank dengan kelompok tani atau koperasi atau perusahaan mitra. Plafon kredit berdasarkan kebutuhan indikatif, batasannya bagi petani, peternak, nelayan, pekebun, dan pembudi daya ikan maksimal Rp 25 juta, sedangkan koperasi dalam rangka pengadaan pangan (gabah, jagung, dan kedelai) maksimal Rp 500 juta.

"KKP-E kami nilai sebagai kredit paling mudah dan murah bagi para peternak, dibandingkan produk-produk kredit pertanian dari PT Bank Jabar. Selain jaminan lebih mudah, bunganya pun hanya 7% dibandingkan kredit lain yang bunganya 13%," katanya. (A-81)***

Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa 22 Juli 2008


0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©