11 Juni 2008

Cirataku Sayang Cirataku Malang

Perputaran uang dari kegiatan agribisnis perikanan di Waduk Cirata mencapai Rp1,3 triliun per tahun.

Waduk Cirata yang dibangun pada 1982—1987 itu berada di ketinggian 221 m dari permukaan laut. Luasnya 6.200 hektar (ha) dengan luas tangkapan air 603.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, dan volume 230 ribu m3. Wilayah genangan airnya meliputi Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung. Namun, wilayah genangan air terluas berada di Cianjur.

Sejak menjadi genangan permanen, Waduk Cirata berkarakteristik perairan umum. Karena itu, Cirata memiliki berbagai potensi di bidang sosial ekonomi, seperti sumber pengairan sawah, air bersih, air minum, tempat budidaya ikan, wahana rekreasi, dan sarana perhubungan.

Lumbung Ikan Air Tawar

Waduk Cirata, yang mulai difungsikan pada 1988, sejatinya menyimpan potensi ekonomi yang tidak kecil. Akhir September 2006, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, menyebutkan, usaha budidaya ikan di Cirata melibatkan tenaga kerja langsung sekitar 2.100 orang. Volume produksinya rata-rata 6.450 ton ikan per bulan, dan perputaran uang Rp1,3 triliun per tahun.

Budidaya ikan di sana dilakukan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) mencatat, jumlah KJA di Cirata saat ini mencapai 50.000 kolam atau 12.500 unit. “Dari jumlah KJA itu, 60%-nya, atau 30.000 kolam, berada di wilayah Cianjur,” ungkap Drh. Chaerul Anwar, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur.

Aktivitas perikanan budidaya di Cirata menjadikan Cianjur sebagai lumbung ikan air tawar di Jabar. Dengan 30.000 kolam, Cianjur menyumbang 39,5% terhadap produksi perikanan KJA Jabar. Dinas Perikanan Provinsi Jabar mencatat, produksi ikan KJA Jabar pada 2007 hampir 144 ribu ton. Dari jumlah itu, 57.000 ton di antaranya, senilai Rp353,05 miliar, berasal dari aktivitas di KJA Cianjur.

Geliat perekonomian yang dipicu oleh adanya kegiatan budidaya ikan di Cirata telah memberi dampak ikutan luar biasa. Bisnis pakan misalnya. Para produsen seperti Suri Tani Pemuka (STP), Central Panganpertiwi (CPP), dan Sinta Prima, menghitung penyerapan pakan ikan oleh para petani KJA Cirata sekitar 6.000—7.500 ton per bulan. Dengan harga terendah Rp4.500 per kg saja, omzet dari bisnis pakan mencapai Rp324 miliar—Rp405 miliar per tahun.

Dari puluhan agen pakan di seputar Cirata, dua di antaranya sempat ditemui AGRINA. Kedua agen tersebut termasuk kelas menengah dan besar. “Setiap hari rata-rata kami bisa menjual 15 ton, dengan omzet 500 ton per bulan,” aku Denny Tanamal, yang sudah menjadi agen pakan STP sejak 1999. Sedangkan volume penjualan pakan Sinta yang diageni H. Endang Nur Ikhwan sejak 1996, di Kota Cianjur, di atas 1.000 ton per bulan.

Pakan yang beredar di Cirata paling tidak 15 merk diproduksi lima pemain utama, yaitu Sinta, STP (Comfeed), CPP (Charoen), Cargill, dan Wonokoyo. Namun, menurut Denny Tanamal, sekarang pakan kualitas satu jarang dipilih petani lantaran harganya tidak terjangkau. Tak pelak kini pakan yang beredar didominasi pakan murah kualitas dua dan tiga.

Banyak Komponen

Menurut Gatot Budiono, Sales Eksekutif Pakan Ikan Wilayah Cirata, PT Sinta Prima Feedmill, di luar pakan, masih banyak sarana produksi yang bisa diusahakan dari adanya kegiatan KJA di Cirata. Komponen pendukung budidaya yang menjadi ladang bisnis, antara lain benih ikan, jaring, bambu, pelampung (drum dan styrofoam), material bangunan, kantung plastik, gas O2, es balok, tong plastik untuk mengangkut hasil panen, sampai karet gelang.

Contohnya benih. Untuk memproduksi 120 ton ikan mas konsumsi per hari saja, Cirata membutuhkan pasokan benih minimal 6 ton. Bila harga benih saat ini Rp20.000 per kg, omzet penjulan benih per tahun mencapai Rp43,2 miliar. Belum termasuk benih nila, bawal, dan ikan lainnya. Namun, jenis ikan yang menjadi andalan para petani saat ini hanya tiga, ikan mas, nila, dan bawal.

Salah satu juragan benih ikan adalah H. Sulaeman. Pria yang sudah lima tahun bergelut di agribisnis perikanan itu mengaku, setiap hari mampu memasok benih ikan mas 1,5 ton, nila 2 ton, dan benih bawal 50.000—100.000 ekor.


Sumber : Tabloid Agribisnis Dwimingguan AGRINA, edisi 9 Juni 2008

0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©