08 Agustus 2008

Jagung kini jadi primadona. Semua pelaku usaha kecipratan untung. Bagaimana lika-liku bisnisnya?


Harga jagung kian melambung. Pertengahan bulan lalu sempat menembus Rp4.100 per kg pipilan kering. Padahal harga tertinggi tahun lalu berkisar Rp2.400—Rp2.500 per kg. Tentu harga tinggi itu sangat menggiurkan bagi pelaku usaha. Apalagi tren harganya diperkirakan akan tetap tinggi sampai akhir tahun.

Demikian ungkap Dolly Libra, Purchasing Manager, PT Cheil Jedang Super Feed, produsen pakan ternak di Serang, Banten. “Perkembangan harga yang cenderung meningkat akan menggairahkan pelaku usaha jagung dalam negeri,” imbuhnya.

Mulyadi, pengepul jagung di Pasar Katibung, Lampung Selatan, membenarkan pendapat Dolly. “Setiap tahun harga jagung rata-rata naik. Karena sekarang jagung tidak saja digunakan untuk bahan baku pakan ternak tapi juga diolah menjadi bahan bakar nabati,” ucapnya.

Tahun lalu, lanjut Mulyadi, harga jagung di tingkat petani Rp1.300-an per kg. Musim panen pertama tahun ini naik menjadi Rp1.600-an per kg dan akhir Juli lalu mencapai Rp2.000-an per kg. Bahkan harga jagung pipilan kering di Pamekasan, Madura, menurut Hadi Suwono, petani di Desa Panaguan, Kec. Larangan, Rp3.000—Rp3.100 per kg. “Menurut pandangan saya, prospek jagung tetap bagus ke depannya karena memang jagung dibutuhkan untuk pembuatan biofuel sehingga kebutuhan jagung di pasar lokal maupun internasional sangat besar nantinya. Selain pengganti bensin juga sebagai pakan ternak, jadi harga jagung tidak akan kurang dari Rp2.000 walaupun panen melimpah,” ujarnya optimistis.

Sementara F. Alexander FW, pengusaha jagung di Sukabumi, Jabar, juga mengakui, peluang usaha jagung sangat besar. Pasarnya ada di dalam dan luar negeri. “Secara hitungan bisnis, usaha jagung pasti menguntungkan,” tandas Alex.

Menguntungkan

Berdasarkan hitungan Alex, kebutuhan modal kerja 1 hektar (ha) sekitar Rp2,5 juta—Rp3 juta. Potensi produksinya 6—7 ton per ha. Jika harga jual jagung pipil Rp2.000 per kg saja, maka keuntungan kotor sekitar Rp12 juta—Rp14 juta per ha.

Mardahana, General Manager Seed PT DuPont Indonesia, produsen benih jagung Pioneer, mengatakan, peluang yang besar ini harus ditangkap oleh pemerintah dan stakeholder dengan bekerja lebih keras lagi. “Kami sebagai produsen benih, berencana meningkatkan kapasitas produksi untuk bisa memenuhi permintaan konsumen,” ujarnya.

Sedangkan, Jemmy Eka Putra, Wakil Direktur Utama PT Bisi International Tbk., produsen benih jagung hibrida di Surabaya, mengatakan, seringkali disebutkan benih jagung kurang, padahal itu sama sekali tidak benar. Ia menambahkan, benih itu sebenarnya komponen kecil dalam biaya produksi, paling hanya 5%—6% dari biaya usaha tani. Yang besar tentunya biaya pupuk dan tenaga kerja. Walaupun demikian petani sangat hati-hati untuk memilih benih karena jika sampai terjadi sesuatu, akan fatal. ”Misalnya, selisih produksi 500 kg sampai 1 ton senilai Rp500 ribu—Rp600 ribu, bagi mereka sangat besar,” ucap Jemmy.

Sumber : AGRINA,Tabloid Agribisnis Dwimingguan, Edisi 6 Agustus 2008

3 komentar:

Bandung Barat Online mengatakan...

Memang semua komoditi pertanian mempunyai peluang prospektus , namun sayangnya para pemimpin negara di republik ini salah urus, kalo tdk salah urus justru sektor pertanianlah yang hrs serius diurus krn sektor ini akan membawa negara agraris ini menjadi maju dan punya jati diri republik indonesia ini dan tidak menjadi republik mimpi belaka .

levileg mengatakan...

kendalanya kl di sukabumi utk penjualan jagung yg blm di pipil tengkulaknya msh jarang,kebanyakan tengkulak jagung manis,kl jagung pioner daripada import mending bulok membeli lgsg dr petani pasti petani dgn senang hati menanam jagung bahan industri,karna selama ini petani di sukabumi nanamnya jagung manis yg harganya kurang pasti

levileg mengatakan...

kendalanya kl di sukabumi utk penjualan jagung yg blm di pipil tengkulaknya msh jarang,kebanyakan tengkulak jagung manis,kl jagung pioner daripada import mending bulok membeli lgsg dr petani pasti petani dgn senang hati menanam jagung bahan industri,karna selama ini petani di sukabumi nanamnya jagung manis yg harganya kurang pasti

 
Tutorial Blogspot©