08 Agustus 2008

Harga Jagung Naik Bisnis Unggas Guncang

Konsumen daging ayam, peternak, dan pabrik pakan gelisah lantaran harga jagung terus melonjak. Lho, kok bisa?

Terang saja, jagung merupakan bahan baku utama pakan unggas. Sekitar 52% dari formula pakan adalah jagung. Dengan sendirinya, naik turunnya harga jagung sangat mempengaruhi harga pakan. Bila harga jagung terus naik, peternak jualah yang harus menanggung beban dengan naiknya ongkos produksi. Sementara harga daging ayam tidak bisa serta-merta dikatrol lantaran terkait langsung dengan daya beli konsumen yang masih rendah.

Harga Dunia

Kini, jagung tak hanya menjadi sumber bahan baku pakan ternak, industri makanan, dan minyak jagung, tetapi juga untuk bahan bakar nabati (biofuel). Keragaman penggunaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada suplai dan permintaan secara global.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi jagung dunia melebihi tingkat pertumbuhan produksinya. Pertumbuhan konsumsi rata-rata 2,7% per tahun. Sementara pertumbuhan produksi hanya 1,7% per tahun

Tingginya konsumsi disebabkan meningkatnya pemanfaatan jagung sebagai bahan baku bioetanol di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China. Selain itu, tingginya pertumbuhan ekonomi China dan India turut meningkatkan kebutuhan jagung mereka sebagai bahan baku pakan ternak serta industri makanan.

Sebagai produsen jagung nomer wahid dunia, AS mengalihkan 25% produksinya bagi pengembangan bioenergi. Ini menjadi salah satu penyebab jagung sulit didapat di pasar global.

Namun menurut Budiarto Soebijanto, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pakan Indonesia (GPMT), penyebabnya bukan hanya itu. Seretnya pasokan jagung dunia juga dipengaruhi kebutuhan jagung tiap negara yang terus meningkat. Ia mencontohkan China. Awalnya negeri tirai bambu ini salah satu eksportir jagung, tapi pengembangan industri peternakan memaksanya impor.

Karena sudah menjadi komoditas dunia, harga jagung dipatok mengikuti harga pasar internasional. Dan lantaran pasokannya seret, perlahan tapi pasti harga jagung terus terkatrol. “Perubahan harga terasa sejak 2006,” ungkap Danny Kusmanto, Kepala Pabrik PT Japfa Comfeed Indonesia, produsen pakan unggas di Cikupa, Tangerang, Banten.

Awal Januari 2006, menurut Danny, harga jagung impor sekitar US$130 per ton. September, melonjak dua kali lipat. Sekarang malah menembus US$440 per ton, atau sekitar Rp4.000 per kg. Sedangkan jagung lokal, awal Agustus ini, sekitar Rp3.400 per kg. “Harga jagung sulit diprediksi. Meski sempat turun, harganya tetap dalam kategori mahal,” ucapnya.

Walau begitu, menurut Fenni F. Gunadi, Sekjen GPMT, pabrikan tetap butuh pasokan jagung. Dan umumnya pabrikan lebih mengutamakan jagung lokal. Selain harganya lebih murah, kualitasnya pun lebih baik.

Po Indarto Gondo, Vice President Procurement Division PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI), mengamini. “Jagung lokal menjadi prioritas pilihan kami. Setiap tahun CPI membeli jagung lokal di atas 1 juta ton,” akunya. Memang, lanjut dia, sampai dengan Juli lalu ada impor. Hal itu dilakukan untuk menjaga kontinunitas pasokan jagung.

Sumber : AGRINA, Tabloid Agribisnis Dwimingguan, edisi 6 Agustus 2008

0 komentar:

 
Tutorial Blogspot©